Laman

Sabtu, 25 Januari 2014

al-baqarh ayat 27





Bismillaahirraḥmaaniraḥiim
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh




Didalam ayat ini Allah memberikan penjelasan dalam hal mencela orang-orang munafik dengan menyebutkan sifat-sifat mereka yang buruk


الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

اَلَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللهِ مِن بَعْدِ مِيْثَاقِهِ
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh "
 

(pangkal ayat 27).

Perjanjian yang telah dirusak mereka adalah perjanjian fitrah (kejadian). 
Dan disana masih ada perjanjian lain antara hamba-hmba Allah dengan Allah, yakni perjanjian yang telah dibawa syari'at, yaitu agama. Pada perjanjian pertama perjnjian fitrah, Allah telah mengikat janji dengan hamba-hamba-Nya, yakni menciptakan akal untuk mereka, agar dapat digunakan untuk menganalisa Sunnatullah yang ada pada makhluk.

Pada perjanjian yang kedua, Allah telah mengikat mereka dengan apa yang dijadikan oleh para Nabi berupa hujjah dan argumentasi yang membuktikan kebenaran risalah mereka.  
Jadi siapapun yang mengingkari apa yang telah didatangkan oleh para rosul tetapi tidak mau mengambilnya sebagai petunjuk, berrti dia telah merusak janji dengan Allah. Ia juga termasuk orang yang merusak fitrahnya sendiri, karena tidak mau menggunakan potensi yang ada pada dirinya secara optimal didalam rangka mencari hidayah.

Janji Allah terasa dalam diri kita sendiri-sendiri, yang ditunjukkan oleh akal kita. Janji Allah bersuara dalam batin manusia sendiri.Yaitu kesadaran akalnya. Di dalam ayat sebelumnya, kita disuruh mempergunakan akal buat mencari di mana janji itu. 

Apabila akal dipakai mestilah timbul kesadaran akan kekuasaan Tuhan dan perlindungan kepada kita manusia, kalau manusia itu insaf akan akalnya pastilah menimbul kan rasa terima kasih dan rasa pengabdian, ibadah kepada Allah.

Sekarang janji di dalam batin itu sendirilah yang mereka pecahkan, mereka rusakkan, lalu mereka perturutkan hawa ­nafsu.

وَ يَقْطَعُوْنَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوْصَلَ  
dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya

Karena sesungguhnya Allah telah menyatakan berita gembira didalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi.Isi berita gembira itu berkaitan dengan akan datangnya nabi Muhammad saw, yang disebutkan dengan sifat-sifat dan ciri-ciri beliau didalam kitab-kitab tersebut.

Tetapi mereka berusaha merubah dan menakwilkan kitab tersebut dengan hal-hal yang menyimpang dari kebenaran. 

Hal ini telah ditegaskan didalam firman Allah mengenai tingkah laku para ahli kitab  :
firman Allah :
Al-Baqarah ayat 146


الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.
 
وَ يُفْسِدُوْنَ فِي الْأَرْضِ
dan membuat kerusakan di muka bumi.

Yaitu pikiran sehat dengan natijah (konklusi) dari pikiran itu. Karena telah fasik mereka putuskan di tengah-tengah, tidak mereka teruskan sampai ke ujung.

Sebagaimana orang-orang yang mengatakan dirinya Free thinker. Katanya dia bebas berpikir. Lalu berpikirlah dia dengan bebas. Karena sifat pikiran, sampailah dia kepada kesimpulan bahwa tidak mungkin alam yang sangat teratur ini terjadi dengan sendirinya, dengan tidak ada pengaturnya. Pikirannya telah sampai ke sana, tetapi dia putuskan hingga itu saja. Tidak diteruskannya sampai ke ujungnya sebab itu dia telah fasik, dan telah mendustai dirinya sendiri.

Kalau pikiran sehat sudah diperkosa itu di tengah jalan, dan dengan paksa dibelokkan kepada yang tidak benar, niscaya kekacauanlah yang timbul. Kekacauan dan kerusakan yang paling hebat di atas dunia ialah jika orang tidak bebas lagi menyatakan pikiran yang sehat. Inilah dia fasik 

Mereka suka merusak dengan cara menghambat jalan Allah (kebenaran). 
Mereka menghendaki agar jalan itu menjdi bengkok tidak lurus. 
Mereka mengejek kebenaran, padahal kebenaran sudah cukup jelas bagi mereka.

Mereka merendahkan hidayah akal dan hidayah agama. Jadi, eksistensi mereka itu hanyalah merusak bumi dan penghuninya, bahkan merusak diri mereka sendiri.

أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ
"Mereka itulah orang-orang yang merugi. " 


(ujung ayat 27).

Mengingat kerusakan yang mereka lahirkan, baik menyangkut akidah dan ahlak dengan cara merendhkan hidayah fitrah (akal) dan hidayah agama, mereka berhak menerima kehinaan di dunia. Mereka tidak akan menerima kebahagiaan jasmniah, akal dan akhlak. Mereka akan menerima siksaan yang pedih di akhirat kelak. Siapapun yang telah kehilangan kedua jenis kebahagiaan tersebut, berarti ia termasuk orang-orang yang jelas merugi.

Sebab mereka telah berjalan di luar garis kebenaran.

Rugilah mereka karena kehinaan di dunia dan azab di akhirat. Yang lebih merugikan lagi ialah karena biasanya orang-orang penentang kebenaran itu ada yang hidupnya kelihatan mewah, sehingga orang-orang yang dungu pikiran menyangka mereka benar, se umpama nya Qarun di jaman Fir'aun.

Orang yang kecil jiwanya menjadi segan kepada mereka kebesaran dan kekayaan mereka, lantaran itu mereka bertambah sombong dan lupa daratan.

Bertambah tenggelam mereka di dalam kesesatan dan kerusakan karena puji dan sanjung. Lantaran itu bertambah tidaklah dapat lagi mereka mengendalikaan diri sendiri. Timbullah sifat-sifat angkuh, tak mau mendengarkan nasehat orang. Akhirnya mereka bertambah terang­terang berbuat fasik dan berbangga dengan dosa.

Akhir kelaknya karena tenaga manusia terbatas, usiapun tidak sepanjang yang diharap, timbullah penyakit, baik rohani atau jasmani. Penyakit gila hormat menimbulkan penyakit lain pula, yaitu cemburu kepada segala orang, bahwa orang itu akan menentangnya. 'I'akut akan jatuh, timbul berbagai was-was, sehingga pertimbangan akal yang sehat dikalahkan oleh prasangka. Tadinya ingin bersenang-senang, hasilnya ialah kepayahan yang tidak berunjung. Dicari sebabnya, tidak lain ialah karena kosongnya dada dari pegangan kepercayaan.

Tadinya mereka mencari bahagia tetapi salah memahamkan bahagia. Lantaran iman tidak ada, amalpun tidak menentu. Padahal kalau hendak mencari bahagia, amallah yang akan diperbanyak.

Kesenangan dan istirahat jiwa ialah bila dapat mengerjakan suatu amalan yang baik sampai selesai untuk memulai lagi amal yang baru, sampai berhenti bila jenazah telah dihantar ke kubur.

Orang yang telah fasik, yang telah terpesona haluan bahtera hidupnya dari tujuan yang benar, akan tenggelamlah dia ke dalam kesengsaraan batin, yang walaupun sebesar gunung erztas persediaannya, tidaklah akan dapat menolongnya.


Sumber  :

Terjemahan  Tafsir Al-Maraghi
Tafsir Al-Azhar

Senin, 06 Januari 2014

Q.S2. AL-BAQARAH (ayat : 26, Allah membuat perumpamaan berupa nyamuk)

Bismillaahirraḥmaaniraḥiim
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh









ALLAH MEMBUAT PERUMPAMAAN BERUPA NYAMUK


إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,


إِنَّ اللهَ لاَ يَسْتَحْيِيْ أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا 

"Sesungguhnya Allah tidaklah malu membuat perumparnaan apa saja, nyamuk atau lebah kecil daripadunya. " (pangkal ayat 26).

Allah yang Maha Kuasa memandang bahwa mendatangkan contoh dengan sesuatu yang sebesar nyamuk, 
bahkan yang lebih kecil, bukan merupakan kekurangan.
Sebab Allah lah yang telah menciptakan semua itu, baik itu sesuatu yang kecil maupun yang besar.

Orang-orang yang kafir atau munafik itu mencari-can saja pasal yang akan mereka bantahkan, untuk membantah Nabi. Dalam wahyu Tuhan Allah membuat berbagai perumpamaan.

Tuhan (Allah) pernah mengumpamakan orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, adalah laksana laba-laba mernbuat sarang. Sarang laba-laba adalah sangat rapuh.
  
41. Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui (Surat al-Ankabut ayat 41).

T'uhan (Allah) pun pernah mengambil perumpamaan dengan lalat.
Bahwa apa-apa yang dipersekutukan oleh orang-orang musyrikin dengan Allah itu, jangankan membuat alam, membuat lalatpun mereka tidak bisa 

73. Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.  (Surat al-Haj ayat 73). 

Demikian juga perumparnaan yang lain-lain.  
Maka orang yang munafik tidaklah memperhatikan isi, tetapi hendak mencari kelemahan pada misal yang dikemukakan itu. Kata mereka misal-misal itu adalah perkara kecil dan remeh. Adakan laba-laba jadi misal, adakan lalat diambil umpama, apa artinya semua itu. Peremehan yang beginilah yang dibantah keras oleh ayat ini.

"Allah tidaklah malu membuat perumpamaan apa saja, nyamuk atau yang lebih kecil daripadanya. " 
Maksud mereka tentu hendak meremehkan Rasulullah , tetapi Tuhan Allah sendiri menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu bukanlah katanya , dan misal perumpamaan yang dikemukakannya, bukanlah misal perbuatannya sendiri. Itu adalah misal Aku sendiri. Aku tidak malu mengemukakan perumpamaan itu.
  
Mengambil perumparnaan daripada nyamuk, atau agas' yang lebih kecil dari nyamuk, atau yang lebih kecil lagi, tidaklah aku segan-segan.
 
فَأَمَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ

Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,

Orang-orang yang beriman mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah mendatangkan suatu misal seperti itu selain hikmah dan maslahat yang terkandung di dalamnya. Yaitu menetapkan semua yang benar dan mengamalkan kebenaran itu.
Dalam hal ini Allah bermaksud mengungkapkan hal-hal yang samar supaya menjadi lebih jelas, yaitu dengan cara mengungkapkan hal-hal maknawi dengan hal-hal yang dapat diindra. Atau merinci masalah yang ijmal (global) untuk menjelaskan masalah tersebut.
yaitu perumpamaan-perumpamaan tersebut
 
الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ
"adalah kebenaran dari Tuhan mereka. " 

 Artinya kalau perumpamaan itu tidak penting tidaklah Tuhan akan mengambilnya menjadi perumpamaan. Sebab semua perhitungan Allah itu adalah dengan teliti sekali.
 
وَ أَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً

tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". 

Orang-orang yang kafir/ingkar kepada ayat-ayat Allah yang ada didalam Al-Qur'an.
Mereka sudah terbiasa menentang kebenaran yang telah dijelaskan dengan hujjah dan bukti kebenaran.
Mereka mempertanyakan, apa yang dikehendaki Allah dengan mendatangkan misal yang "rendah" ini, yakni dengan memasukkan hal-hal yang remeh seperti lalat dan nyaamuk. Jika mereka ini menyadari hikmah yang terkandung didalam misal tersebut, jelas mereka itu tidak akan berpaling dan menentang.

Apa kehendak Allah mengemukakan misal binatang yang hina sebagai laba-laba, binatang tidak ada arti sebagai lalat, dan kadang-kadang juga keledai yang buruk, kadang-kadang anjing yang mengulurkan lidah; adakah pantas wahyu mengemukakan hal tetek-bengek demikian ? 

Maka bersabdalah Allah selanjutnya. 
يُضِلُّ بِهِ
 

"Tersesatlah dengan sebabnya " 
yaitu sebab perumpamaan­perumpamaan itu  

كَثِيْراً وَيَهْدِيْ بِهِ كَثِيْراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِيْنَ
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Maksudnya, tidak akan menyeleweng dari perumpamaan-perumpamaan yang ada didalam Al-Qur'an, kecuali orang-orang yang menyimpang dari Sunnatu 'l-Lah yang berlaku untuk makhluk, dan menyimpang dari pemikiran sehat, perasaan jujur dan mengingkari kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka.
Didalam ayat tersebut terkandung suatu isyarat yang menunukkan bahwa penyebab kesesatan mereka adalah ingkarnya mereka terhadap Sunnatu 'l-Lah yang ada pada dirinya, yang seharusnya digunakan sebaik mungkin. Mereka memang telah enggan menggunakan akal pikiran untuk merenungkan hikmah yang terkandung didalam perumpamaan-perumpamaan yang ada di dalam Al-Qur'an, sekalipun tampak remeh. Hal inilah yang menyeret mereka kedalam kebodohan hingga mereka semakin tersesat dari kebenaran. Karena itulah mereka tetap mengingkari hal tersebut.
Dengan merenungkan ayat ini apa yang timbul dalam hati kita ? Yang timbul dalam hati kita ialah pertambahan iman bahwa al­Qur'an ini memang diturunkan untuk seluruh masa dan untuk orang yang berpikir dan mencintai ilmu pengetahuan.
Orang-orang kafir itu menjadi sesat dan fasik karena bodohnya. Atau bodoh tetapi tidak sadar akan kebodohan.


Dan orang yang beriman tunduk kepada Allah dengan segala kerendahan hati. Kalau ilmunya belum luas dan dalam, cukup dia menggantungkan kepercayaan bahwa kalau tidak penting tidaklah Allah akan membuat misal dengan nyamuk, lalat, laba-laba dan lain-lain itu.
Meskipun dia belum tahu apa pentingnya. Tetapi orang yang lebih dalam ilmunya, benar-benar kagumlah dia akan kebesaran Allah.


Di jaman modern kita ini sudahlah orang tahu bahwa perkara nyamuk atau agas, bukanlah perkara kecil. Lalatpun bukan perkara kecil. Demikian mikroskop telah meneropong hama-hama yang sangat kecil, beratus ribu kali lebih kecil daripada nyamuk dan lalat. Nyamuk malaria, nyamuk penyakit kuning dan nyamuk yang menyebabkan penyakit tidur Afrika; menyimpulkan pendapat bahwa bahaya nyamuk lebih besar dari bahaya singa dan harimau. 

Di Sumatera beberapa puluh tahun yang lalu terkenal nyamuk malaria di Panti dan Penyambungan yang menghabiskan orang senegeri-negeri. Penduduk Rao" pindah berbondong ke Malaya kira-kira 60 tahun yang lalu karena dashsyatnya serangan penyakit malaria.

Perserikatan Bangsa-bangsa dalam WHO memberantas hama-hama penyakit.
Ahli ­ahli kuman seperti Erlich, Pasteur dan lain-lain menghabiskan usia dan tenaga buat menyelidiki kuman-kuman penyakit menular. Sekarang dapatlah kita satu penafsiran lagi dari pada sabda tuhan pada Surat al-Muddatstsir (Surat 74 ayat 31).
 

 
وَ ما يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلاَّ هُوَ
"Dan tidaklah ada yang mengetahui tentara Tuhanmu, melainkan Dia sendiri. "
(Al Muddatstsir :31)


Hama penyakit pes (sampar), hama penyakit cacar, penyakit anjing gila; masya Allah ! Alangkah banyaknya lagi yang terkandung di belakang sabda Tuhan di ayat ini.

"Nyamuk atau yang lebih kecil daripadanya. "

Kadang-kadang kita harus belajar pada semangatkerjasama lebah dan semut. Kadang-kadang kita kagum melihat kehidupan ulat bulu, serangga dan lain-lain.
Tidak ada rupanya yang soal kecil. Kita bertambah iman bahwa daerah kekuasaan Allah Ta'ala pun meliputi akan kehidupan mereka semuanya.
Janganlah kita menjadi orang fasik yang tersesat karena kebekuan hati dan kesombongan. Berlagak tahu padahal tidak tahu.


Tafsir Al-Azhar.
Sumber   :
Terjemahan Tafsir 
Al-Maraghi.