Laman

Jumat, 21 Februari 2014

Q.S.2 AL-BAQARAH (ayat : 28)








Bismillaahirraḥmaaniraḥiim
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh



Allah Yang Menghidupkan Dan Yang Mematikan



كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?

كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَ كُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu
(pangkal ayat 28).

Bagaimana kalian masih mengingkari-Nya ?
Apakah alasannya kalian berbuat hal yang demikian ?
Mengingkari kalau kitab Al-Qur'an itu dari sisi Allah ?
Menghina perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan Allah melalui para Nabi-nabinya, dan kalian pun mengingkari kenabian Nabi-nabi Allah ?

Cobalah pikirkan kembali dari pada tidak ada, pada mulanya, seebelum kalian ini hidup di dunia, semuanya dalam keadaan mati, kemudian kamu telah Dia adakan.

Entah dimanalah kamu dahulunya tersebar; entah di daun kayu, entah di biji bayam, entah di air mengalir, tidak ada bedanya dengan batu tercampak, rumput yang lesa terpijak, ataupun serangga yang tengah menjalar, kemudian dihidupkan-Nya kamu. 

Terbentuklah mani dalam Shulbi ayahmu dan taraib ibumu, yang berasal dari darah, dan darah itu berasal dari makanan; hormon, kalori dan vitamin. Kemudian kamu dalam rahim ibumu, dikandung sekian bulan lalu dilahirkan dan diberi akal.

Kemudian Allah telah menciptakan kalian dengan bentuk yang paling sempurna.
Dan Allah telah memuliakan kalian dibandingkan makhluk-makhluk yang lainnya. 
Kalian telah dibekali Allah dengan akal untuk berfikir dan memahami. 
Allah juga telah menundukkan margasatwa yang ada di permukaan bumi untuk kalian.

Kemudian kalian mengembara di permukaan bumi untuk berusaha dan Allah yang mencukupkan keperluan-keperluan hidup kalian.

ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ
"Kemudian Dia matikan kamu. "

Dicabut nyawamu dipisahkan dari badanmu. Badan dihantarkan kembali kepada asalnya. Datang dari tanah dipulangkan ke tanah; kembali seperti sernula, entah jadi rumput lesa terpijak, entah jadi tumpukan tulang-tulang.

Orang membangun kota yang baru, kubur-kubur dibongkar, tulang-tulangnya dipindahkan atau tidak diketahui lagi bahwa di sana ada kuburan dahulunya, lalu didirikan orang gedung di atasnya.


ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ
"Kemudian Dia hidupkan. "

Yaitu hidup yang kedua kali. Sebab nyawa yang pisah dari badan tadi tidaklah kembali ke tanah, tetapi pulang ke tempat yang telah ditentukan buat menungggu panggilan Hari Kiamat. Itulah hidup yang kedua kali; hidup salah satu dari dua.

Yaitu hidup yang lebih tinggi dan lebih mulia. Karena di jaman hidup pertama di dunia kamu memang melatih diri dari dalam kehidupan yang tinggi dan mulia. Atau hidup yang lebih sengsara, karena memang dalam kehidupan pertama kamu menempuh jalan kepada kesengsaraan itu.

 
ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
"Kemudian kepadaNyalah kamu akan kembali. " (ujung ayat 28).

Artinya setelah kamu dihidupkan kembali, kamu dipanggil kembali kehadirat Allah untuk diperhitungkan  semua amal perbuatan kalian semasa hidup di dunia, lalu diputuskan ke tempat mana kamu akan digolongkan, kepada golongan orang-orang yang berbahagiakah atau kepada golongan orang-orang yang celaka.

Dan keadilan akan berlaku dan kezaliman tidak akan ada. 
Sedang belas kasihan IIahi telah kalian nikmati sejak dari kini. 
Kalau kalian mendapat celaka, tidak lain hanyalah karena salah kalian sendiri.

Begitulah Tuhan Allah telah membuat tingkat hidup yang kalian tempuh, maka bagaimana juga lagi kalian kufur terhadap-Nya.

Bagaimana juga lagi kalian hendak berbuat sesuka hati dalam kehidupan yang pertama ini ? 
Padahal kalian tidak akan dapat membebaskan diri kalian daripada garis yang telah ditentukan-Nya itu.

Padahal bukan pula Dia menyia-nyiakan kalian dalam hidup ini; diutus-Nya Rasul, dikirim-Nya wahyu, diberi-Nya petunjuk agama akan jadi pegangan kalian. Diberikan-Nya bagi kalian bimbingan sejak mata kalian terbuka melihat alam ini. 
Adakah patut, wahai, bimbingan kasih Tuhan yang sedemikian rupa kalian mungkiri dan kalian kufuri Dia ?
 
Bawalah tafakkur, pakailah akal; adakah patut perbuatan kalian itu ?


Sumber :
Terjemah Tafsir Al-Maraghi
Tafsir Al-Azhar

Sabtu, 25 Januari 2014

al-baqarh ayat 27





Bismillaahirraḥmaaniraḥiim
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh




Didalam ayat ini Allah memberikan penjelasan dalam hal mencela orang-orang munafik dengan menyebutkan sifat-sifat mereka yang buruk


الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

اَلَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللهِ مِن بَعْدِ مِيْثَاقِهِ
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh "
 

(pangkal ayat 27).

Perjanjian yang telah dirusak mereka adalah perjanjian fitrah (kejadian). 
Dan disana masih ada perjanjian lain antara hamba-hmba Allah dengan Allah, yakni perjanjian yang telah dibawa syari'at, yaitu agama. Pada perjanjian pertama perjnjian fitrah, Allah telah mengikat janji dengan hamba-hamba-Nya, yakni menciptakan akal untuk mereka, agar dapat digunakan untuk menganalisa Sunnatullah yang ada pada makhluk.

Pada perjanjian yang kedua, Allah telah mengikat mereka dengan apa yang dijadikan oleh para Nabi berupa hujjah dan argumentasi yang membuktikan kebenaran risalah mereka.  
Jadi siapapun yang mengingkari apa yang telah didatangkan oleh para rosul tetapi tidak mau mengambilnya sebagai petunjuk, berrti dia telah merusak janji dengan Allah. Ia juga termasuk orang yang merusak fitrahnya sendiri, karena tidak mau menggunakan potensi yang ada pada dirinya secara optimal didalam rangka mencari hidayah.

Janji Allah terasa dalam diri kita sendiri-sendiri, yang ditunjukkan oleh akal kita. Janji Allah bersuara dalam batin manusia sendiri.Yaitu kesadaran akalnya. Di dalam ayat sebelumnya, kita disuruh mempergunakan akal buat mencari di mana janji itu. 

Apabila akal dipakai mestilah timbul kesadaran akan kekuasaan Tuhan dan perlindungan kepada kita manusia, kalau manusia itu insaf akan akalnya pastilah menimbul kan rasa terima kasih dan rasa pengabdian, ibadah kepada Allah.

Sekarang janji di dalam batin itu sendirilah yang mereka pecahkan, mereka rusakkan, lalu mereka perturutkan hawa ­nafsu.

وَ يَقْطَعُوْنَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوْصَلَ  
dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya

Karena sesungguhnya Allah telah menyatakan berita gembira didalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi.Isi berita gembira itu berkaitan dengan akan datangnya nabi Muhammad saw, yang disebutkan dengan sifat-sifat dan ciri-ciri beliau didalam kitab-kitab tersebut.

Tetapi mereka berusaha merubah dan menakwilkan kitab tersebut dengan hal-hal yang menyimpang dari kebenaran. 

Hal ini telah ditegaskan didalam firman Allah mengenai tingkah laku para ahli kitab  :
firman Allah :
Al-Baqarah ayat 146


الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.
 
وَ يُفْسِدُوْنَ فِي الْأَرْضِ
dan membuat kerusakan di muka bumi.

Yaitu pikiran sehat dengan natijah (konklusi) dari pikiran itu. Karena telah fasik mereka putuskan di tengah-tengah, tidak mereka teruskan sampai ke ujung.

Sebagaimana orang-orang yang mengatakan dirinya Free thinker. Katanya dia bebas berpikir. Lalu berpikirlah dia dengan bebas. Karena sifat pikiran, sampailah dia kepada kesimpulan bahwa tidak mungkin alam yang sangat teratur ini terjadi dengan sendirinya, dengan tidak ada pengaturnya. Pikirannya telah sampai ke sana, tetapi dia putuskan hingga itu saja. Tidak diteruskannya sampai ke ujungnya sebab itu dia telah fasik, dan telah mendustai dirinya sendiri.

Kalau pikiran sehat sudah diperkosa itu di tengah jalan, dan dengan paksa dibelokkan kepada yang tidak benar, niscaya kekacauanlah yang timbul. Kekacauan dan kerusakan yang paling hebat di atas dunia ialah jika orang tidak bebas lagi menyatakan pikiran yang sehat. Inilah dia fasik 

Mereka suka merusak dengan cara menghambat jalan Allah (kebenaran). 
Mereka menghendaki agar jalan itu menjdi bengkok tidak lurus. 
Mereka mengejek kebenaran, padahal kebenaran sudah cukup jelas bagi mereka.

Mereka merendahkan hidayah akal dan hidayah agama. Jadi, eksistensi mereka itu hanyalah merusak bumi dan penghuninya, bahkan merusak diri mereka sendiri.

أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ
"Mereka itulah orang-orang yang merugi. " 


(ujung ayat 27).

Mengingat kerusakan yang mereka lahirkan, baik menyangkut akidah dan ahlak dengan cara merendhkan hidayah fitrah (akal) dan hidayah agama, mereka berhak menerima kehinaan di dunia. Mereka tidak akan menerima kebahagiaan jasmniah, akal dan akhlak. Mereka akan menerima siksaan yang pedih di akhirat kelak. Siapapun yang telah kehilangan kedua jenis kebahagiaan tersebut, berarti ia termasuk orang-orang yang jelas merugi.

Sebab mereka telah berjalan di luar garis kebenaran.

Rugilah mereka karena kehinaan di dunia dan azab di akhirat. Yang lebih merugikan lagi ialah karena biasanya orang-orang penentang kebenaran itu ada yang hidupnya kelihatan mewah, sehingga orang-orang yang dungu pikiran menyangka mereka benar, se umpama nya Qarun di jaman Fir'aun.

Orang yang kecil jiwanya menjadi segan kepada mereka kebesaran dan kekayaan mereka, lantaran itu mereka bertambah sombong dan lupa daratan.

Bertambah tenggelam mereka di dalam kesesatan dan kerusakan karena puji dan sanjung. Lantaran itu bertambah tidaklah dapat lagi mereka mengendalikaan diri sendiri. Timbullah sifat-sifat angkuh, tak mau mendengarkan nasehat orang. Akhirnya mereka bertambah terang­terang berbuat fasik dan berbangga dengan dosa.

Akhir kelaknya karena tenaga manusia terbatas, usiapun tidak sepanjang yang diharap, timbullah penyakit, baik rohani atau jasmani. Penyakit gila hormat menimbulkan penyakit lain pula, yaitu cemburu kepada segala orang, bahwa orang itu akan menentangnya. 'I'akut akan jatuh, timbul berbagai was-was, sehingga pertimbangan akal yang sehat dikalahkan oleh prasangka. Tadinya ingin bersenang-senang, hasilnya ialah kepayahan yang tidak berunjung. Dicari sebabnya, tidak lain ialah karena kosongnya dada dari pegangan kepercayaan.

Tadinya mereka mencari bahagia tetapi salah memahamkan bahagia. Lantaran iman tidak ada, amalpun tidak menentu. Padahal kalau hendak mencari bahagia, amallah yang akan diperbanyak.

Kesenangan dan istirahat jiwa ialah bila dapat mengerjakan suatu amalan yang baik sampai selesai untuk memulai lagi amal yang baru, sampai berhenti bila jenazah telah dihantar ke kubur.

Orang yang telah fasik, yang telah terpesona haluan bahtera hidupnya dari tujuan yang benar, akan tenggelamlah dia ke dalam kesengsaraan batin, yang walaupun sebesar gunung erztas persediaannya, tidaklah akan dapat menolongnya.


Sumber  :

Terjemahan  Tafsir Al-Maraghi
Tafsir Al-Azhar

Senin, 06 Januari 2014

Q.S2. AL-BAQARAH (ayat : 26, Allah membuat perumpamaan berupa nyamuk)

Bismillaahirraḥmaaniraḥiim
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh









ALLAH MEMBUAT PERUMPAMAAN BERUPA NYAMUK


إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,


إِنَّ اللهَ لاَ يَسْتَحْيِيْ أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا 

"Sesungguhnya Allah tidaklah malu membuat perumparnaan apa saja, nyamuk atau lebah kecil daripadunya. " (pangkal ayat 26).

Allah yang Maha Kuasa memandang bahwa mendatangkan contoh dengan sesuatu yang sebesar nyamuk, 
bahkan yang lebih kecil, bukan merupakan kekurangan.
Sebab Allah lah yang telah menciptakan semua itu, baik itu sesuatu yang kecil maupun yang besar.

Orang-orang yang kafir atau munafik itu mencari-can saja pasal yang akan mereka bantahkan, untuk membantah Nabi. Dalam wahyu Tuhan Allah membuat berbagai perumpamaan.

Tuhan (Allah) pernah mengumpamakan orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, adalah laksana laba-laba mernbuat sarang. Sarang laba-laba adalah sangat rapuh.
  
41. Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui (Surat al-Ankabut ayat 41).

T'uhan (Allah) pun pernah mengambil perumpamaan dengan lalat.
Bahwa apa-apa yang dipersekutukan oleh orang-orang musyrikin dengan Allah itu, jangankan membuat alam, membuat lalatpun mereka tidak bisa 

73. Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.  (Surat al-Haj ayat 73). 

Demikian juga perumparnaan yang lain-lain.  
Maka orang yang munafik tidaklah memperhatikan isi, tetapi hendak mencari kelemahan pada misal yang dikemukakan itu. Kata mereka misal-misal itu adalah perkara kecil dan remeh. Adakan laba-laba jadi misal, adakan lalat diambil umpama, apa artinya semua itu. Peremehan yang beginilah yang dibantah keras oleh ayat ini.

"Allah tidaklah malu membuat perumpamaan apa saja, nyamuk atau yang lebih kecil daripadanya. " 
Maksud mereka tentu hendak meremehkan Rasulullah , tetapi Tuhan Allah sendiri menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu bukanlah katanya , dan misal perumpamaan yang dikemukakannya, bukanlah misal perbuatannya sendiri. Itu adalah misal Aku sendiri. Aku tidak malu mengemukakan perumpamaan itu.
  
Mengambil perumparnaan daripada nyamuk, atau agas' yang lebih kecil dari nyamuk, atau yang lebih kecil lagi, tidaklah aku segan-segan.
 
فَأَمَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ

Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,

Orang-orang yang beriman mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah mendatangkan suatu misal seperti itu selain hikmah dan maslahat yang terkandung di dalamnya. Yaitu menetapkan semua yang benar dan mengamalkan kebenaran itu.
Dalam hal ini Allah bermaksud mengungkapkan hal-hal yang samar supaya menjadi lebih jelas, yaitu dengan cara mengungkapkan hal-hal maknawi dengan hal-hal yang dapat diindra. Atau merinci masalah yang ijmal (global) untuk menjelaskan masalah tersebut.
yaitu perumpamaan-perumpamaan tersebut
 
الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ
"adalah kebenaran dari Tuhan mereka. " 

 Artinya kalau perumpamaan itu tidak penting tidaklah Tuhan akan mengambilnya menjadi perumpamaan. Sebab semua perhitungan Allah itu adalah dengan teliti sekali.
 
وَ أَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً

tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". 

Orang-orang yang kafir/ingkar kepada ayat-ayat Allah yang ada didalam Al-Qur'an.
Mereka sudah terbiasa menentang kebenaran yang telah dijelaskan dengan hujjah dan bukti kebenaran.
Mereka mempertanyakan, apa yang dikehendaki Allah dengan mendatangkan misal yang "rendah" ini, yakni dengan memasukkan hal-hal yang remeh seperti lalat dan nyaamuk. Jika mereka ini menyadari hikmah yang terkandung didalam misal tersebut, jelas mereka itu tidak akan berpaling dan menentang.

Apa kehendak Allah mengemukakan misal binatang yang hina sebagai laba-laba, binatang tidak ada arti sebagai lalat, dan kadang-kadang juga keledai yang buruk, kadang-kadang anjing yang mengulurkan lidah; adakah pantas wahyu mengemukakan hal tetek-bengek demikian ? 

Maka bersabdalah Allah selanjutnya. 
يُضِلُّ بِهِ
 

"Tersesatlah dengan sebabnya " 
yaitu sebab perumpamaan­perumpamaan itu  

كَثِيْراً وَيَهْدِيْ بِهِ كَثِيْراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِيْنَ
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Maksudnya, tidak akan menyeleweng dari perumpamaan-perumpamaan yang ada didalam Al-Qur'an, kecuali orang-orang yang menyimpang dari Sunnatu 'l-Lah yang berlaku untuk makhluk, dan menyimpang dari pemikiran sehat, perasaan jujur dan mengingkari kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka.
Didalam ayat tersebut terkandung suatu isyarat yang menunukkan bahwa penyebab kesesatan mereka adalah ingkarnya mereka terhadap Sunnatu 'l-Lah yang ada pada dirinya, yang seharusnya digunakan sebaik mungkin. Mereka memang telah enggan menggunakan akal pikiran untuk merenungkan hikmah yang terkandung didalam perumpamaan-perumpamaan yang ada di dalam Al-Qur'an, sekalipun tampak remeh. Hal inilah yang menyeret mereka kedalam kebodohan hingga mereka semakin tersesat dari kebenaran. Karena itulah mereka tetap mengingkari hal tersebut.
Dengan merenungkan ayat ini apa yang timbul dalam hati kita ? Yang timbul dalam hati kita ialah pertambahan iman bahwa al­Qur'an ini memang diturunkan untuk seluruh masa dan untuk orang yang berpikir dan mencintai ilmu pengetahuan.
Orang-orang kafir itu menjadi sesat dan fasik karena bodohnya. Atau bodoh tetapi tidak sadar akan kebodohan.


Dan orang yang beriman tunduk kepada Allah dengan segala kerendahan hati. Kalau ilmunya belum luas dan dalam, cukup dia menggantungkan kepercayaan bahwa kalau tidak penting tidaklah Allah akan membuat misal dengan nyamuk, lalat, laba-laba dan lain-lain itu.
Meskipun dia belum tahu apa pentingnya. Tetapi orang yang lebih dalam ilmunya, benar-benar kagumlah dia akan kebesaran Allah.


Di jaman modern kita ini sudahlah orang tahu bahwa perkara nyamuk atau agas, bukanlah perkara kecil. Lalatpun bukan perkara kecil. Demikian mikroskop telah meneropong hama-hama yang sangat kecil, beratus ribu kali lebih kecil daripada nyamuk dan lalat. Nyamuk malaria, nyamuk penyakit kuning dan nyamuk yang menyebabkan penyakit tidur Afrika; menyimpulkan pendapat bahwa bahaya nyamuk lebih besar dari bahaya singa dan harimau. 

Di Sumatera beberapa puluh tahun yang lalu terkenal nyamuk malaria di Panti dan Penyambungan yang menghabiskan orang senegeri-negeri. Penduduk Rao" pindah berbondong ke Malaya kira-kira 60 tahun yang lalu karena dashsyatnya serangan penyakit malaria.

Perserikatan Bangsa-bangsa dalam WHO memberantas hama-hama penyakit.
Ahli ­ahli kuman seperti Erlich, Pasteur dan lain-lain menghabiskan usia dan tenaga buat menyelidiki kuman-kuman penyakit menular. Sekarang dapatlah kita satu penafsiran lagi dari pada sabda tuhan pada Surat al-Muddatstsir (Surat 74 ayat 31).
 

 
وَ ما يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلاَّ هُوَ
"Dan tidaklah ada yang mengetahui tentara Tuhanmu, melainkan Dia sendiri. "
(Al Muddatstsir :31)


Hama penyakit pes (sampar), hama penyakit cacar, penyakit anjing gila; masya Allah ! Alangkah banyaknya lagi yang terkandung di belakang sabda Tuhan di ayat ini.

"Nyamuk atau yang lebih kecil daripadanya. "

Kadang-kadang kita harus belajar pada semangatkerjasama lebah dan semut. Kadang-kadang kita kagum melihat kehidupan ulat bulu, serangga dan lain-lain.
Tidak ada rupanya yang soal kecil. Kita bertambah iman bahwa daerah kekuasaan Allah Ta'ala pun meliputi akan kehidupan mereka semuanya.
Janganlah kita menjadi orang fasik yang tersesat karena kebekuan hati dan kesombongan. Berlagak tahu padahal tidak tahu.


Tafsir Al-Azhar.
Sumber   :
Terjemahan Tafsir 
Al-Maraghi.




Kamis, 21 November 2013

AL - BAQARAH (ayat , 25)

Bismillaahirraḥmaaniraḥiim
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh








KARUNIA ALLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG 
BERIMAN DAN BERAMAL SHALEH


وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik,

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, yaitu orang-orang yang beriman (percaya) secara lisan, perbuatan dan hati kepada Allah beserta sifat-sifat-Nya, beriman kepada Nabi Muhammad saw. dan yang dibawa olehnya, berupa kitab Allah (Al-Qur'an), beriman kepada hari akhir, yakni percaya bahwa semua orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan amal perbuatannya pada hari kebangkitan nanti.

kriteria orang-orang yang beriman difirmankan dalam Al-qur'an
Surat At-Taubah 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya,
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ
10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
11. (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Dalam bahasa al-Quran, amal saleh adalah suatu perbuatan atau tindakan yang bermanfaat, baik berupa pemberian yang berupa spiritual maupun material, ataupun hasil karya ilmiah maupun karya nyata, yang dilakukan dengan ikhlas ‎hanya untuk Allah. Oleh karena itu, amal saleh dijelaskan setelah iman kepada ‎Allah. ‎

bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. 

Seperti yang di firmankan Allah dalam surat-surat yang lain 

(25:10) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana
(22:23) surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera.
(9:72) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar
(18:31) 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah


Meskipun dalam al-Quran banyak ayat yang menceritakan tentang nikmat-nikmat ‎surga dalam bentuk materi, seperti kebun, istana dan istri, namun di balik itu banyak ‎ayat lain juga mengisaratkan tentang nikmat-nikmat surga dalam bentuk maknawi. ‎Seperti dalam surah at-Taubah ayat 72, setelah menyebutkan nikmat-nikmat surga ‎secara materi, Allah juga berfirman,

At-Taubah  :

وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ۚ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
72. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ´Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.

  "... Dan kerelaan Allah jauh lebih besar".Artinya, ‎kerelaan Allah jauh lebih besar dari lainnya. ‎

Dalam surah al-Bayyinah ayat 8, Allah juga berfirman, "... Allah rela kepada mereka dan ‎mereka juga rela kepada-Nya." Nampaknya hal-hal yang berkaitan dengan nikmat ‎surga yang dijelaskan dalam al-Quran, seperti tempat tinggal penduduk surga, pada ‎dasarnya hal itu bukan sebagai balasan sempurna bagi mereka. Akan tetapi ‎keberadaan mereka di tengah-tengah para nabi dan wali-wali Allah, orang-orang ‎suci dan orang-orang saleh adalah bagian dari keuntungan maknawi dan kelezatan ‎bagi penduduk surga.

Senin, 23 September 2013

Q.S.2 AL-BAQARAH (ayat : 23-24)

Bismillaahirraḥmaaniraḥiim
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh








Tantangan Allah dan Ancaman-ancaman Allah

Firman Allah  :
Al-Baqarah ,  2:23
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu

Allah disini mengajak kita untuk berfikir, jika memang kamu masih tetap meragukan tentang kitab Al Qur'an akan kebenarannya bila kitab itu adalah petunjuk dari Kami (Allah), yang telah Kami (Allah) wahyukan kepada hamba Kami yaitu (Muhammad saw), dan kamu tetap menganggap bahwa Al Qur'an itu adalah buatan manusia (Muhammad saw), maka datangkanlah/buatlah sebuah kitab yang serupa dengan Al Qur'an, walaupun hanya satu surat saja. Sebab, bukankah kalian termasuk orang-orang yang merasa paling mampu dibandingkan orang lain?

Di ayat-ayat yang lain Allah berfirman  :
Huud, 11 : 13
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
13. Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".

Dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Karenanya, Allah menantang, silakan kamu ajak seluruh umat manusia, jin dan semua makhluk (berhala-berhala) yang menjadi penolongmu untuk membantu kamu dan menjadi saksi (hingga esok di akhirat) terhadap kebenaran yang kalian buat, jika memang kalianlah yang benar.

Dan diayat-ayat yang semisal Allah juga berFirman :
Al-Isra',17 : 88
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
88. Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".

Firman Allah  :
Al-Baqarah, 2:24
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
24. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.

Dengan demikian, jika kamu tidak dapat membuatnya, dan Allah memastikan itu, walaupun bergotong-royong seluruh makhluk sekalipun, kalian pasti tidak akan dapat membuatnya (sebuah kitab yang serupa dengan Al Qur'an). Maka, hendaklah kalian perihara diri kalian dari api neraka (yaitu tempat yang disediakan bagi orang-orang kafir) yang bahan bakar (Al-Waqud, yaitu apa saja yang dijadikan sebagai umpan api) nya berasal dari manusia (yang melakukan kemaksiatan) dan berhala-berhala yang mereka puja.  

Didalam ayat yang lain Allah juga berfirman :
Al-Ambiya' , 21:98
إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ
Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.

Oleh karena itu, berhati-hatilah, jangan sampai kita meragukan Al Qur'an, akuilah bahwa Al Qur'an itu diturunkan dari Allah Subhanallahu wa ta'ala kepada Nabi Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang kafir.


Sumber  :
terjemahan
Tafsir Al-Maraghi

Rabu, 11 September 2013

AL-BAQARAH (ayat : 21-22)





Bismillaahirraḥmaaniraḥiim
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh



PERINTAH MENYEMBAH HANYA KEPADA ALLAH.


يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 
21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu

Disini Allah menyeru kepada seluruh umat manusia agar mereka memeluk agama tauhid yang benar, yakni agama yang mengajak untuk menyembah hanya kepada Allah semata dengan khusyuk, rendah diri dan ikhlas, yakni Allah yang maha pencipta, yang telah menciptakan alam jagat raya ini beserta isinya dengan sendirian.

Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu

Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung - yang telah meciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, Allah pulalah yang telah mengatur segala kepentingan kalian, kemudian Allah menganugerahkan sarana pengetahuan dan jalan untuk menuju kepada hidayah, seperti yang telah Allah anugerahkan kepada orang-orang sebelum kamu.

Karenanya sembahlah Allah semata, dan jangan sekali-kali kalian membandingkan serta menyekutukan Nya, dengan seseorang atau dengan makhluk-mahluk dan benda-benda ciptaan Nya.

Agar kamu bertakwa,

Kita diperintah Allah, supaya kita menyembah Allah dengan sebagaimana mestinya, tanpa mengadakan bandingan-bandinngan, sekutu-sekutu ataupun perantara-perantara. 
Karena menyembah Allah dengan semestinya itulah yang akan menghantar kalian kepada taqwa, dan harapan untuk menuju kepada kesempurnaan yaitu mendapatkan ridho dari Allah subhanahu wata'ala.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

 Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu 

Allahlah yang telah menciptakan bumi sebagai hamparan bagi kalian, dan di bumi ini kalian bertempat tinggal, tempat mendirikan bangunan-bangunan, tempat bercocok tanam, mencari nafkah dan rizki Allah.

Dan langit sebagai atap,

Dialah (Allah) Yang Maha Perkasa, yang telah menciptakan langit, yang telah Allah rancang polanya dalam bentuk yang sangat sempurna, sehingga terbentuk sebagai bangunan yang sangat indah, bumi menjadi hamparan dan langit sebagai atapnya.

Dan dilangit itu pula Allah menciptakan hiasan-hiasan sebagai pelengkap, mata hari, bulan dan bintang-bintang, yang saling mengukuhkan sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bertabrakan, mereka beredar menurut edarannya masing-masing.

Dan dari ciptaan Nya itulah kalian dapat mengambil manfaatnya, dengan matahari Allah memberikan penerangan serta energi, dengan bulan  manusia dapat menhitung hari dan penanggalan, dan dengan bintang-bintang manusia dapat menentukan arah dalam perjalanan.

 Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu;

Allah pulalah yang telah menurunkan hujan dari langit, yang airnya sangat bermanfaat untuk kalian, dengan air itu kalian bisa mengairi sawah-sawah dan kebun-kebun, dan dengan air itu Allah menghidupkan semua tetumbuhan yang menghasilkan berbagaimacam buah-buahan serta biji-bijian, yang dapat kita makan dan kita manfaatkan kegunaannya, itu semua sebagai rezeki dari Allah untuk kalian

karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah

Disini Allah menegaskan kepada kita, janganlah kamu mengadakan sesembhana-sesembahan selain Allah sebagai bandingan-bandingan, dan jangan pula mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, karena Allah lah yang telah mengaruniaimu dengan segala limpahan saarana untuk kebutuhan hidupmu.

Yang dimaksdukan dengan mengadakan sesembahan bandingan bagi Allah pengertiannya ialah, segala sesuatu yang ditaati manusia, yang menjadi tempat manusia memohon agar kebutuhannya dipenuhi, dan permohonan itu yang ditujukan kepada selain Allah.

Jadi jelasnya yang dimaksudkan dengan sekutu-sekutu itu adalah menduakan Allah,dengan mengadakan perantara untuk sarana dalam rangka pendekatannya kepada Alla. Para pemuka agama/ulama pendeta, paderi, kiai dan ustadz, sering dijadikan sebagai sekutu-sekutu Allah.

Mereka dielu-elukan dan disanjung-sanjung, mereka tidak menganggap para pimpinan agama mereka sebagai tuhan, tetapi mereka dijadikan sebagai perantara-perantara yang dimintai pertolongan untuk menghubungkan dengan Tuhan, dengan dimintai do'a-do'a serta memohon berkah dan kesembuhan kepada mereka.

Padahal kita semua tau belaka, bahwa tidak ada yangmenciptakan semua ini kecuali Allah, dan tidak ada yeng memberi rezeki selain Allah semata, Allah yang akan mengabulkan semua do'a-do'a kita tanpa perantara.

padahal kamu mengetahui.

Kalian telah mengetahui semua, bahwa hal tersebut adalah batil dan tidak dibenarkan Allah.
Jika kalian ditanya siapakah yang memberikan rezeki kepada kita, baik yang dari bumi maupun yang dari langit, dan siapakah yang mengatur semuanya itu, tentulah kalian akan menjawab "Allah lah yang mengatur dan menciptakan seglanya". 

Jika memang demikian, kenapa kalian berdo'a tidak ditujukan kepada Allah, dan kalian minta syafaat kepada selain Allah?
Alasan apakah yang mendorong kalian mengatakan bahwa perantara-perantara tersebut bisa menyampaikan kalian dihadapan Allah?. 
Bukankah mereka itu tidak bisa menciptakan madharat dan manfaat untuk kalia?



Sumber :
Terjemahan Tafsir
AL- MARAGHI


Jumat, 06 September 2013

Al-Baqarah ayat : 17-20







Bismillaahirraḥmaaniraḥiim
Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh





مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ
17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka

Dalam hal ini, Allah mengganbarkan perilaku mereka ketika memasuki islam, dan nur iman mulai menerangi hati mereka, tetapi ditengah perjalanan perasaan ragu-ragu menyelimuti jiwa mereka. Sehingga, mereka berbalik menjadi kufur terhadap apa saja yang sebelumnya telah diimani.

 Demikian pula halnya dengan orang Munafiq; dia berada dalam kegelapan syirik, kemudian masuk Islam dan mengetahui mana yang halal dan haram, yang baik dan buruk namun kemudian dalam kondisinya yang demikian dia kembali kepada kekufuran sehingga dia tidak tahu lagi mana yang halal dan haram serta mana yang baik dan buruk

Sebagi sebab utama ialah, tidak ada nya kemampuan mereka di dalam menghayati keutamaan islam, dikarenakan meraka sangat keras kepala, sombong, suka bermuka dua serta menyebar fitnah, disamping tidak mampu merasakan kebenaran islam dan mereka enggan meninggalkan kemusrikan. Karenanya mereka tak mampu lagi memahami hidayah, dan tak mampu menemukan jalan yang dapat menyelamatkan mereka.

dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

Nur iman yang telah menerangi hati mereka sehingga semua terlihat jelas dan indah, tiba-tiba Allah padamkan. semua itu kerena sikap dan perbuatan mereka sendiri yang menganggap diri sendiri lebih baik dan pandai dan menganggap orang-orang yang beriman itu sekelompok orang yang bodoh.
Dan Allah membiarkan mereka dalam kegelapan, dan tak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya



صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
18. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),

 Mereka tuli, bisu dan buta, 

Allah menggambarkan mereka sebagai orang tuli, karena mereka tidak mau lagi mendengarkan nasehat-nasehat serta petunjuk tentang kebenaran Al-qur'an mereka sengaja menutup pendengaran mereka, mereka tidak mau bertanya untuk mendapatkan hikmah serta hidayah, mereka juga tidak mau melihat apa yang telah terjadi disekeliling mereka, apa yang telah terjadi selama ini dan perubahan apa setelah Allah menurunkan Al-Qur'an, mereka tidakmau melihat semua kejadian itu, semua itu karena kesyirikan dan kemunafikan yang telah mengakar urat didalam dada mereka.


 maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),

Mereka tidak akan dapat kembali kepada kebenaran, karena mereka telah membeli kesesatan dengan petunjuk, didalam ayat yang terdahulu Allah menyatakan :  Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya .

Sehimgga tanpa disadari mereka semakin jauh tersesat dari petunjuk dan kebenaran, dan tidak akan mungkin akan kembali kejalan yang benar, karena Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.


أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ
19. atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
20. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.






Sumber :
terjemahan Tafsir
AL-MARAGHI