Laman

Minggu, 25 Agustus 2013

Q.S.2 AL-BAQARAH (ayat : 11-13)





بسم الله الرحمن الرحيم
لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُl
 
KAUM MUNAFIK, ADALAH KAUM PERUSAK YANG MENGAKU MUSHLIHIN.
Suatu Gejala Yang Ada di Setiap Tempat dan Setiap Masa



وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

11. Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".

Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi".

Bila dikatakan larangan kepada mereka orang-orang yang munafik, janganlah kalian melakukan kerusakan di muka bumi, dan di minta menghentikan perbuatan-perbuatan yang bisa mengakibatkan berkembangnya fitnah dan kerusakan. 

Dan diperintahkan untuk berbuat baik serta menggunakan akal sehat. Tetapi mereka orang-orang yang munafik bukannya berhenti, mereka tetap melakukan perbuatan yang dapat memerosotkan kehidupan dan timbulnya dekadensi akhlak. 
Dengan melakukan tindakan menyebar fitnah serta kebohongan ditengah-tengah masyarakat tentang kebenaran Al-Quran yang diturunkan Allah untuk seluruh umat manusia lewat Rosul Nya Muhammad saw. yang membawa suatu tuntunan serta membuat tatanan baru dalam kehidupan yang lebih baik.

Mereka, orang-orang yang munafik melakukan banyak hal tentang kejahatan dan fitnah, mereka tak segan-segan melakukan suatu tindakan dengan menakut-nakuti masyarakat terutama umat islam, dengan cara melakukan propaganda yang secara lahiriyah nampakanya seperti sebuah nasehat tentang kebenaran.

Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".

Orang-orang yang munafik mengatakan, bahwa kami tidak melakukan kerusakan melainkan hanya bercita-cita mengadakan perbaikan. Jauh kemungkinannya kami akan berbuat merusak, kami selalu mengikuti pemimpin-pemimpin kami yang cerdas dan bijaksana, pandai mengatur tatanan dan ketenteraman, serta kedamaian yang ajarannya juga bersumber dari para Nabi.
Bagaimana kami akan melupakan hal itu hanya karena adanya tatanan baru yang dimiliki oleh umat islam lewat nabi mereka Muhammd dan yang tatanan itu belum pernah kami kenal sebelumnya.

Demikianlah perbuatan kaum munafik yang merusak di setiap penjuru dunia dan di setiap masa. 
Mereka mengaku bahwa dirinya adalah orang-orang yang mengadakan pembaharuan, sekalipun sudah terbukti bahwa mereka itu tidak lebih hanya sebagai para perusak dan penyesat belaka.

Hal ini dapat dibuktikan dari tingkah laku mereka yang pada hakekatnya merusak umat dan jauh dari aspirasi umat yang sebenarnya. 
Mereka berupaya menutup-nutupi semua sarana-sarana penyelidikan yang bisa membedakan antara yang benar-benar mengadakan perbaikan dan siapakah yang sebenarnya sebagai perusak. 
Mereka menghambat jalan menuju kebenaran islam, dan mereka mengajak kepada kerusakan dan perpecahan. 

Tidak ada kerusakan di dunia ini yang lebih berat dan lebih parah dibandingkan dengan keluarnya dari garis kebenaran dan menganjurkan berjalan diatas kebathilan dan mendukung para tokoh-tokohnya yang mempunyai pemikiran merusak itu.

أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.

 Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan,

Seungguhnya mereka adalah orang-orang yang telah melakukan perbuatan yang merusak, perbuatan yang sangat tercela dengan fitnah serta kebohongan mereka yang nyata-nyata mereka lakukan, dan berulang-ualng dengan sungguh hati dalam melakukan semua itu.

tetapi mereka tidak sadar.

Mereka sama sekali tidak merasakan bila perbuatan mereka itu merusak, karena mereka telah terbiasa melakukannya, dan telah menyatu dengan watak serta kepribadiannya. 
Sehingga mereka akan selalu melakukannya, walaupun mereka telah mengetahuinya dengan nyata bila Al-Qur'an itu mengandung kebaikan dan kebenaran, tetapi mereka tidak juga sadar.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِنْ لَا يَعْلَمُونَ

13.Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.

 Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman"

Ajakan dan himbauan kepada mereka untuk beriman kepada Allah dan hari akhir, melakukaan sesuatu dengan akal dan fikiran yang sehat, menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan Allah, mempelajari daan memahami Al-Qur'an, sebagaimana orang-orang yang telah beriman.

Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?"

Tetapi mereka dengan sangat sombong dan pongahnya mengatakan bahwa mereka tidak akan mengikuti jejak oraang-orang yang beriman, mereka menganggap bahwa orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang bodoh dan dungu, orang-orang yang membaca dan mempelajari Al-Qur'an mereka anggap orang-orang yang ketinggalan jaman.  

Mereka menganggap para pimpinan, tokoh-tokoh mereka dan mereka adalah orang-orang yang briliant, cerdik pandai, mereka merasa malu dan rendah jika melakukan tindakan mengikuti jejak orang-orang yang telah beriman.

Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.

Sesungguhnya orang-oarang munafik itulah orang-orang yang bodoh, mereka tidak mau mempelajari dan tidak mau mengerti tentang isi dari kitab Al-Qur'an yang telah Allah turunkan untuk menjadi petunjuk bagi semua umat manusia. 
Tetapi mereka tidak mengetahuinya, karena mereka menganggap ilmu pengetahuan merekalah yang lebih maju.


Sumber :
terjemahan Tafsir
Al-Maraghi

Selasa, 20 Agustus 2013

ORANG-ORANG YANG MUNAFIK





Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

SURAT AL-BAQARAH  (ayat : 8-10)


وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,"

Didalam ayat ini Allah menjelaskan tentang orang-orang yang munafik, mereka mengaku beriman tetapi hanya di mulutnya saja, padahal hatinya berpaling dari beriman, mereka mengingkari ketuhanan Allah dan mereka mengingkari tentang hari akhir, mereka berpaling dari semua aturan Allah, baik itu larangan maupun perintah Nya.

Mereka sesungguhnya mengetahui bila Allah itu ada dan hanya tunggal tidak ada keduanya, tidak pula mempunyai anak juga tidak pula bersekutu, mereka juga mengetahui apa itu hari akhir. 
Yaitu dimana hari akan dikumpulkannya semua manusia dan diperhitungkan semua amal perbuatannya, yang baik akan dimasukkan ke dalam syurga dan yang salah akan dimasukkan ke dalam neraka, akan tetapi mereka mengingkari semua itu dan berpaling daripadanya.  

Justru mereka itu mengatakan Allah itu mempunyai anak dan mereka menduakannya, mereka menyekutukannya dengan yang lain, mereka juga menyembah selain Allah, padahal mereka dengan nyata-nyata sudah menegetahuinya, dan mereka dengan sombongnya mengatakan syurga itu hanya milik mereka, seumpama mereka masuk neraka itu hanya sekejap saja,

 pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

Dengan perkatan dan sifat-sifat serta keyakinan mereka, mereka hanya melakaukan sebagian upacara keagamaan/ibadah, dan mereka sudah merasa cukup untuk mendapatkan ridha Allah. 
Disamping itu mereka tenggelam dalam urusan keduniaan, mereka melakukan segala tipu daya serta menghalang-halangi orang berbuat baik, mereka mengerjakan kebohongan dan kejahatan baik yang nyata maupun terselubung, disini Allah mengatakan dengan tegas bahwa sesungguhnya mereka bukanlah orang-orang yang beriman.
Dan orang-orang munafik yang seperti tersebut diatas selalu saja ada dimanapun dan saat kapanpun.

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
  
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman 

Didalam ayat ini yang ditujukan kepada orang-orang yang munafik, dan menjelaskan bila perbuatan mereka dalam melakukan tipu daya itu dilakukan berulang-ulang dan dengan sangat/sunguh-sungguh dalam melakukan penipuan itu. 
Tingkah laku mereka yang besifat lahiriyah bukan perbuatan yang sebenarnya.
Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman dengan menampakkan keimanan mereka. Padahal didalam hati mereka memendam sifat yang kafir dan ingkar.

padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

Jika di kemukakan larangan Allah yang menghalang-halangi mereka dari hawa nafsu untuk perbuatan jahat dan kebohongan, mereka berupaya untuk melakukan atau mencari alasan untuk bisa memuaskan nafsu serta pembenaran diri. Alasan tersebut terkadang dibarengi dengan mencari ayat yang seolah-olah Allah mengampuni mereka, atau merubah perintah/makna ayat tersebut yang seolah-olah pula membenarkan perkataan mereka. 
Dengan seringnya mereka melakukaan perbuatan dusta itu dengan bersungguh hati, dan keyakinan yang amat sangat, maka perbuatannya itu akan merusak hatimereka sendiri, tanpa mereka menyadarinya.

Mereka dengan berkeyakinan telah menipu Allah dan orang-orang yang beriman tetapi tanpa disadarinya pula mereka telah menipu diri sendiri.


فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
10. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya 

Mereka mengetahui bila akal manusia dapat dipengaruhi oleh perasaannya.
Sebab dari perasaan itulah, yang dapat mendorong-dorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Sebagai sekedar bukti ialah ketika perasaan manusia mengalami kesedihan, ketakutan dan kegembiraan, maka akalnya akan terpengaruh sesuaai dengan perasaan tadi, bila perasaannya sedih mereka bisa menangis, bila perasaannya gembira mereka bisa tertawa, itulah pengaruh dari perasaan kepadaa akal manusia.

Dan dari perasaan itulah didalam hati orang-orang munafik timbul penyakit, dan karena dari kebodohannya pulalah penyakit itu tumbuh, sebenarnya mereka itu orang-orang yang cerdik pandai, tetapi karena di rasuki perasaan iri, dengki, curiga dan rasa takut serta cemburu kepa orang-orang yang beriman. Sehingga mereka mampu melakukaan hal-hal yang bodoh, seperti melakukan penipuan kepada Allah dan orang-orang yang beriman, sehingga mereka tidak mampu lagi memikirkan serta memahami hal-hal yang baik dan bermanfaat yang terkandung didalam ayat-ayat Allah, mereka mempunyai hati tetapi tidak mau menggunakannya.

setiap datang pemberi kabar/peringatan serta pembawa kabar gembira, yang disertai pula dengaan dalil-dalil dan ayat-ayat Allah yang jelas, namun mereka tetap tidak menggubrisnya, mereka membangkang sertamngingkarinya. Bahkan mereka semakin fanatik dan berpegang teguh terhadap apa yang mereka lakukan, penyakit mereka semakin berakar urat didalam dada dan hati mereka.

Maka ditambah Allah lah penyakit itu sehingga bertambah-tambah.


dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Mereka menerima siksaan karena perbuatan mereka sendiri.
Mereka berpura-pura sebagai orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tetapi perbuatan mereka jauh dari semua itu. Sikap dan perbuatan mereka tak dapaat dipercaya, selalu melakukan kedustaan-kedustaan seta kebohongan-kebohongan. 

Dengan demikian, siksaan yang mereka terima itu merupakan pembalasan terhadap perbuatan bohong mereka. 

Sebab, kekafiran merupakan perbuatan yang keji, dan kebohongan adalah salah satu sumber kekafiran.
Jika kebohongan sudah merebak dan menjamur pada suatu kaum, maka segala bentuk kejahatan akan timbul merajalela di mana-mana, perbuatan nistapun akan semakin mengembang. Hal ini lantaran kebohongan adalah sumber dari segala bentuk perbuatan dosa dan nista.



Sumber :

Terjemahan
Tafsir Al-Maraghi




Senin, 12 Agustus 2013

KHIDMAT KEPADA KEDUA ORANG TUA





بسم الله الرحمن الرحيم
لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُl

KHIDMAT KEPADA IBU DAN BAPAK 


Surat Al-'Isrā' (ayat  :23-25)

 

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia

Allah memerintahkan kepada kita supaya kita tidak menyembah dengan selain Dia (Allah), karena Allah lah yang maha pencipta dan maha pemberi kepada seluruh ciptaan Nya, dan karunia Nya tak pernah terputus, terus menerus tak pernah terlewatkan sedetikpun.

dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.


Allah memerintahkan pula supaya kita berkhidmat kepada kedua orang tua kita (ibu dan bapak). 
Karena kedua orang tua kitalah yang menjadikan lantaran/sebab kita ada didunia ini, dengan kasih sayang beliaulah kita ini bisa beranjak dewasa, dengan bersusah payah kedua orang tua memelihara sewaktu kita masih dalam keadaan lemah dan tak berdaya, serta menghindarkan kita dari marabahaya apapun itu. 

Sewaktu masih bayi kita di susui serat di suapi, apa bila kita berak kita di bersihkan dengan penuh kasih sayang, sewaktu dalam buaian kita mengompol beliau tidak dengan segera melepaskannya, tetapi mendekapnya dengan kasih sayang, supaya hajat kita mengompol tidak terganggu, sehingga bisa tuntas, mereka sambil tersenyum penuh rasa sayang, tanpa terlihat perasaan jengkel sedikitpun. 

Mereka membersihkan pakaian kita dengan perasaan bangga tanpa ada keluhan, yang ada perasaan senang dan ceria, karena kita sebagai anaknya. 
Apa bila kita sakit hati mereka lebih sakit, rasa khawatir mereka kepada kita sangatlah besar, malam mereka tidak tidur selalu menjaga kita tanpa lelah, mereka senantiasa berdo'a untuk kesehatan serta kesembuhan kita. 

Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang mereka memelihara kita sampai beranjak dewasa, menghantar kita kepada pendidikan yang baik dan sampai kepada keberhasilan kita.
Maka sudah menjadi kewajiban kitalah untuk bersyukur dan berbakti kepada beliau berdua.


Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" 

Jika mereka sudah beranjak tua, dan kemungkinan sudah tergantung kepada kita, hendaklah kita bersabar dan berlapang hati, karena mereka membutuhkan perhatian juga tempat bermanja, mereka ingin dibujuk pula seperti waktu kita masih merengek-rengek dahulu, kadang kala menampak sifat mereka yang membosankan kepada anak-anaknya, maka janganlah sekali-kali terluncur ucapan yang mengandung rasa bosan atau jengkel memelihara orang tua kita.

Didalam ayat ini disebutkat kata Uffin

Abu Raja' Al-Tharidi mengatakan "bahwa kata Uffin itu kata-kata yang mengandung kejengkelan dan kebosanan, mungkin tidak keras di ucapkan (walaupun dengan kata-kata yang halus).
Lalu Mujahid menafsirkan : "Jika kalian melihat salah satu dari mereka atau mereka berdua kencing atau berak dimana semaunya saja, sebagaimana yang engkau lakukan diwaktu engkau masih kecil, janganlah engkau mengeluarkan kata-kata keluhan sedikitpun."

Kamu harus memperlakukan mereka sebagaimana orang yang bersyukur/berterima kasih terhadap orang yang telah memberikan karunia kepada kita.
Berikut ini perilaku nyata yang harus kita lakukan kepada mereka berdua  :


*Janganlah kamu merasa jengkel kepada apa yang telah mereka berdua atau salah satu dari mereka, mereka lakukannya, yang mungkin akan menyakitkan hati orang lain, tetapi kamu harus bersabar menghadapi semua itu, sebagaimana mereka bersabar menghadapi kita sewaktu masih kecil.

*Janganlah kamu menyusahkan mereka dengan perkataan yang menyinggung perasaan mereka, walau kata-kata itu disampaikan dengan halus, atau perkataan yang bernada menolak, disamping dilarang menampakkan kejemuan.

*Bersikaplah dengan sikap tawadu' dan merendahkan diri, dan taatlah kamu kepada mereka berdua dalam segala hal yang diperintahkan kepadamu, selama tidak melakukan kemaksiatan terhadap Allah.

Janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang mulia

 Sebetulnya kita sudah dilarang mendecahkan mulut, mengerutkan kening, perkataan jengkel dan bosan walaupun suara itu pelan dan tidak kedengaran.
Disini ditegaskan lagi jangalah mereka di bentak di hardik atau di belalaki mata, geleng-geleng kepala dengan kejengkelan atau kebosanan, berkacak pinggang.
Untuk mengatakan Uffin (keluhan) saja tidak boleh apa lagi sampai mebentak-bentak dan menghardik mereka, Allah sangat melarang Nya.


Yang ada hanya di bolehkan berkata dengan perkataan-perkataan yang penuh kelembutan dan kasih sayang, perkataan yang mencerminkan rasa suka dan santun, wahai ibunda wahai ayahanda, yaa abi yaa umi, iya ayah iya ibu, iya mama iya papa, dengan penuh rasa penghormatan dan kesopanan.




وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

 Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan

Allah memerintahkan kepada kita supaya kita merendahkan diri kita kepada mereka berdua dengan penuh kasih sayang., 
Walau jika kelak kita sudah merasa menjdi orang yang besar dan sukses, jadikanlah dirimu kecil dihadapan ayah dan ibundamu. 
Apabila kalian mendatangi mereka dengan segala kebesaran serta pangkatmu, lalu kalian mencium tangan serta memeluk dan luruh ke pangkuan mereka, tentu mereka akan merasa bangga dan haru, tanpa disadari akan runtuh airmata kasih mereka, itu sebabnya di dalam ayat ini ditekankan kata penuh kasih sayang, yang benar-benar datang dari lubuk hati yang terdalam.

dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

di penghujung ayat ini Allah mengajarkan kepada kita, supaya kita mendo'akan kepada mereka,,,
disini terlihat gambarannya betapa susah payahnya ibu bapak kita dalam mengasuh serta mendidik sewaktu kita masih krcil/masih dalam buaian, dengan penuh kasih sayang. Tidak mengaharapkan balas jasa beliau yang ada hanya pengharapan beliau supaya hidup kita kelak menjadi orang yang sholeh, berhasil dan sukses.
Apa lagi bagi seorang ibu yang dalam waktu mengandungnya dalam keadaan lemah diatas lemah, sejak masih mengandung sampai dengan menyusukannya serta mengasuhnya hingga sampai dewasa, sari tulang belulangnya habis di bagikan kepada anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan pengharapan, tak perduli giginya akan mudah rusak karena zat kapurnya dia persembahkan untuk sang belahan jiwanya.


رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ ۚ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا
25. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.



Sumber :

*Tafsir Al-Maraghi
*Tafsir Al-Azhar